Keberhasilan dalam memberikan workshop kepada adik-adik SDN Bulukantil Ngoresan Surakarta tentunya menjadi sebuah kebanggaan dari kami semua. namun, kebanggaan yang lebih besar lagi tentunya jika adik-adik tersebut dapat memahami makna dan arti luas praktik Seni Rupayang tidak hanya menggambar pada sebuah bidang kertas saja melainkan mampu memaknai seni rupa secara luas.
Dengan memberikan workshop berupa lampion diharapkan dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk dapat meningkatkan kemampuan mengolah rasa dan kreatifitas pa diri siswa masing-masing. mengenal lampion tentunya tidak terlepas dari pengaruh peradaban Cina dan Jepang. Di Cina sendiri
terlahir berabad-abad yang lalu merupakan perkembangan peradaban dimana
mobilisasi orang berdagang ataupun beraktifitas di malam hari memerlukan
penerangan yang memadai.
Adalah Isamu Noguchi, Noguchi Lamp seorang pematung
kebangsaan Amerika yang telah mempopulerkan lampion melalui “Akari” lampu
gantung yang tingginya kurang lebih 9.5 kaki yang terbuat dari kertas
washi/beras dengan konstrusi kawat dan bambu berbentuk geometris, yang
memberikan efek lampu gantung ala tradisional Jepang.
Pada awal tahun 1950-an Noguchi melakukan perjalanan
ke Jepang tepatnya di kota Gifu, dimana industri lampion handmade mengalami
jatuh bangun dan pasar tidak menentu. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber
daya lokal untuk mengembangkan desain dan bentuk. Melalui “Akari” dia telah
membuktikan keberadaan lampu lampion/tradisional Jepang dikenal dunia.
Kegunaan lampion kebanyakan dipakai
pada acara-acara keagamaan yang bernuansa tradisional. Tapi berdasarkan
perkembangan jaman saat ini lebih berfungsi sebagai aksesoris interior dan
dekorasi. Fungsi interior lebih pada bangunan yang bernuansa modern dan
minimalis, sedangkan untuk dekorasi lebih menekankan pada unsur kreatifitas,
misalnya pada wedding, product launching dan dekorasi panggung.
Berikut Dokumentasi Workshop Lampion di SDN Bulukantil Ngoresan, Surakarta
0 komentar:
Posting Komentar